Dalam rangka memperkuat semangat kerukunan dan toleransi antarumat beragama, para tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pringsewu mencetuskan gagasan pembangunan rumah ibadah terintegrasi.
Gagasan ini dibahas pada Rapat Koordinasi FKUB bersama Kementerian Agama dan Kesbangpol Kabupaten Pringsewu di Hotel Urban, Rabu, 2 Oktober 2024.
Rumah ibadah terintegrasi yang diusulkan akan menjadi tempat bagi umat Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha untuk beribadah di rumah ibadah yang berada di satu lokasi.
“Rumah ibadah ini nantinya tidak hanya menjadi tempat peribadatan, tetapi juga simbol konkret dari kerukunan dan keberagaman yang terpelihara dengan baik di daerah kita,” kata Ketua FKUB Pringsewu, H. Mahfud Ali,
Untuk mewujudkan gagasan ini, FKUB Pringsewu mengaca pada Provinsi Bali, yang telah berhasil membangun kawasan Puja Mandala, kompleks rumah ibadah dari lima agama besar di Indonesia.
Ketua FKUB menyampaikan bahwa Pringsewu dapat mengambil inspirasi dari kesuksesan Puja Mandala dalam mempromosikan keharmonisan dan toleransi melalui keberadaan rumah ibadah terintegrasi di satu lokasi.
Puja Mandala adalah sebuah kompleks tempat ibadah yang terletak di Nusa Dua, Bali, yang menjadi simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Puja Mandala unik karena menampung lima tempat ibadah dari lima agama besar di Indonesia—Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha—dalam satu kawasan yang berdampingan.
Tempat ini mencerminkan semangat toleransi dan keharmonisan antarumat beragama di Indonesia, khususnya di Bali, yang memiliki keragaman agama.
Di dalam kompleks Puja Mandala, terdapat masjid untuk umat Islam, gereja Katolik dan Protestan, pura untuk umat Hindu, dan vihara untuk umat Buddha. Keberadaan lima rumah ibadah ini memungkinkan para penganut agama yang berbeda untuk beribadah dengan damai di satu area yang sama tanpa konflik.
Setiap rumah ibadah berdiri dengan arsitekturnya masing-masing yang khas, namun tetap saling menghormati satu sama lain.
Puja Mandala sering dijadikan contoh konkret bagaimana kerukunan dapat diwujudkan dalam praktik sehari-hari, dengan masyarakat yang hidup dalam harmoni meskipun memiliki keyakinan yang berbeda.
Tempat ini juga menjadi destinasi wisata spiritual yang menarik perhatian pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang ingin melihat langsung bagaimana toleransi antaragama dipraktikkan di Indonesia.
Langkah Konkret Mewujudkan Rumah Ibadah Terintegrasi
Rencana pembangunan rumah ibadah terintegrasi ini diharapkan dapat ditempatkan di lokasi strategis yang mudah diakses dan terawat dengan baik. Hal ini agar rumah ibadaj tersebut bisa benar-benar makmur dan bermanfaat untuk ibadah. Forum bersepakat untuk segera mengadakan pertemuan khusus untuk membahas mekanisme dan cara-cara merealisasikan upaya ini.
Konsolidasi dan komunikasi intensif dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan dukungan penuh akan dilakukan.
Dengan adanya rumah ibadah terintegrasi ini, Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan kerukunan dan toleransi yang harmonis di tengah keberagaman agama.
Kerukunan sebagai Fondasi Perdamaian
Sekretaris Badan Kesbangpol Pringsewu, Indra Heryadi dalam rapat tersebut menyatakan bahwa kerukunan antarumat beragama memiliki nilai yang sangat mahal. “Potensi konflik sering muncul dari keberagaman agama, dan ini harus dikelola dengan bijak,” katanya.
Sementara Kepala Kemenag Pringsewu, H. Junaidi Siradj, S.Pd.I, MM, mengapresiasi kinerja FKUB yang dinilai profesional dalam mengelola kerukunan di Pringsewu. Saat ini FKUB Pringsewu sudah hadir di enam kecamatan, dan diharapkan bisa menjangkau hingga ke tingkat desa.
Junaidi juga menyorot bahwa program FKUB Pringsewu yakni “FKUB Goes to School”. Ini menurutnya merupakan langkah yang efektif untuk memperkenalkan konsep perbedaan dan toleransi kepada anak-anak sejak dini.
“Anak-anak yang diperkenalkan pada perbedaan dari usia dini akan membawa nilai-nilai kerukunan ini ketika mereka dewasa dan berinteraksi di tengah masyarakat. FKUB juga perlu masuk ke madrasah untuk menyebarkan semangat moderasi beragama,” kata Junaidi.
Pentingnya kerukunan sangat terasa jika melihat yang terjadi di Palestina—ketika kerukunan runtuh, semua jadi kacau, banyak orang yang dirugikan. “Di Indonesia, kita harus menjaga ini sebagai salah satu fondasi perdamaian,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai kunci untuk mengurangi potensi konflik. Kementerian Agama memainkan peran penting dalam memfasilitasi hal ini, dan moderasi beragama telah menjadi salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama. (Muhammad Faizin)