Pringsewu – Para tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pringsewu menemui Bupati Pringsewu H Riyanto Pamungkas.
Pertemuan dilaksanakan di Graha Pamungkas pada Rabu 21 Mei 2025 malam dan diikuti oleh anggota FKUB yang mewakili berbagai agama dan organisasi masyarakat, termasuk Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, serta organisasi keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, dan LDII.
Ketua FKUB Pringsewu, Drs. KH. Mahfudz Ali, menjelaskan bahwa tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkuat upaya bersama dalam menjaga dan meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Pringsewu. Pertemuan ini juga dalam rangka semangat menjaga harmoni dan memperkuat sinergi antarumat beragama,
“Kami ingin menyampaikan sejumlah masukan, menyatukan komitmen, serta mempererat kolaborasi antara pemerintah daerah dan tokoh-tokoh agama demi terciptanya suasana yang damai, rukun, dan toleran di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa peran FKUB adalah menjadi perekat dari keragaman yang ada sehingga tercipta kerukunan. Hal ini ia istilahkan seperti lem yang merekatkan. Oleh karena itu FKUB terus melakukan “lemisasi” di tengah-tengah masyarakat untuk terwujudnya kerukunan.
Sementara Sekretaris FKUB, H. Muhammad Faizin, menambahkan bahwa dialog dan kerja sama lintas agama perlu terus ditumbuhkan, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan sosial keagamaan di era digital saat ini.
Dengan pertemuan ini diharapkan menghasilkan langkah-langkah strategis yang mendukung kehidupan keberagaman yang harmonis dan konstruktif di Kabupaten Pringsewu.
“Suasana rukun pasti bisa kondusif untuk membangun,” katanya pada acara yang dihadiri juga dari unsur Kesbangpol dan Kesmas Pemda Pringsewu.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Riyanto Pamungkas mengibaratkan keberagaman di Pringsewu seperti selera dalam menikmati kopi atau teh.
“Ada yang senang kopi manis, ada yang pahit, ada yang suka panas, ada yang dingin. Sama halnya dengan agama dan keyakinan, bahkan dalam satu agama pun ada perbedaan pandangan,” ungkapnya.
“Tapi semua itu disatukan oleh satu hal: air putih. Itulah simbol kebangsaan. Agama boleh berbeda, tapi kita semua disatukan oleh satu bangsa, Indonesia,” imbuh Bupati.
Ia menegaskan pentingnya menjaga harmonisasi di tengah keberagaman yang menjadi karakter masyarakat Pringsewu. “Pringsewu adalah daerah heterogen, penuh dengan keberagaman agama, suku, bahasa, dan budaya. Justru karena itulah harmonisasi harus terus dirawat,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati juga menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung aktivitas keagamaan dan kerukunan.